1.
Paham
Evolusi
Evolusi adalah merupakan kata yang berasal
dari bahasa latin yang artinya membuka gulungan atau membuka lapisan. Kemudian
bahasa itu diserap menjadi bahasa inggris evolution yang berarti perkembangan
secara bertahap.
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu
yang ada di alam ini selalu (secara berangsur-angsur) mengalami perubahan yaitu
berkembang menuju kea rah kesempurnaan. Dengan mengadopsi teori Darwin (ingat
konsep selection of nature, struggle for life, dan survival for the fittest)
Alexander mengungkapkan bahwa nilai moral harus selalu berkompetisi dengan
nilai yang lainnya, bahkan dengan segala yang ada di ala mini, dan nilai moral
yang bertahanlah (tetap) yang dikatakan dengan baik, dan nilai-nilai yang tidak
bertahan (kalah dengan perjuangan antar nilai) dipandang sebagai buruk.
A. Pengertian
Evolusi Berdasarkan Ilmu Sejarah
Evolusi adalah perkembangan ekonomi, sosial
dan politik tanpa adanya paksaan dari waktu ke waktu secara sedikit demi
sedikit dan dalam jangka waktu yang lama.
B. Pengertian
Evolusi Menurut Ilmu IPA / Ilmu Pengetahuan Alam
Evolusi adalah perkembangan makhluk hidup
dari bentuk yang sederhana ke betuk yang lebih kompleks menuju kesempurnaan
secara bertahap dan memakan waktu yang sangat lama. Contoh dari binatang atau
hewan kera menjadi manusia, ikan menjadi reptil, dan lain sebagainya.
·
Jenis-Jenis dan Macam-Macam Evolusi di Alam
a) Evolusi
Kosmik
Evolusi kosmik adalah evolusi yang terjadi
pada lingkungan abiotik atau lingkungan tidak hidup / tak hidup.
b) Evolusi
Organik / Organis
Evolusi organik adalah evolusi yang terjadi
pada lingkungan biotik pada mahluk hidup dari generasi ke generasi.
2.
Paham Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis,
yang berarti berguna, bermanfaat, berfaedah, atau menguntungkan. Istilah
ini juga sering disebut sebagai teori kebahagiaan terbesar (the greatest
happiness theory). Utilitarianisme sebagai teori sistematis pertama kali
dipaparkan oleh Jeremy Bentham dan muridnya, John Stuart
Mill. Utilitarianisme merupakan suatu paham etis yang
berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan
menguntungkan. Sebaliknya, yang jahat atau buruk adalah yang tak
bermanfaat, tak berfaedah, dan merugikan. Karena itu, baik buruknya
perilaku dan perbuatan ditetapkan dari segi berguna, berfaedah, dan
menguntungkan atau tidak. Dari prinsip ini, tersusunlah teori tujuan perbuatan.
Paham utilitarianisme merupakan paham yang
berpegang pada kaidah dasar bahwa sesuatu dikatakan baik atau benar, bukan
karena sesuatu itu dinyatakan baik oleh Tuhan atau masyarakat; sesuatu
dinyatakan baik kalau sesuatu yang dimaksud itu mempunyai nilai utility (nilai
guna bagi kebaikan manusia). Menurut paham ini, ukuran baik tidaknya suatu
tindakan dilihat dari akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu,
apakah memberi manfaat atau tidak, dalam mengukur akibat dari suatu
tindakan, satu-satunya parameter yang penting adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah
ketidakbahagiaan, kesejahteraan setiap orang sama pentingnya.
Contoh paham utilitarianisme : seseorang yang
ingin melakukan suatu pekerjaan yang memiliki maanfaat sehingga menghasilkan
keuntungan dan nilai guna bagi kebaikan setiap orang.
3.
Paham
Vitalisme
Vitalisme adalah pandangan bahwa makhluk hidup
berbeda dengan benda material mati yang lain karena memiliki suatu zat yang
membuat makhluk itu hidup. Pandangan ini bertentangan dengan materialisme
mekanistis. Zat yang berada pada makhluk hidup ini bukanlah benda fisik. Mereka
bisa berupa energi yang memberi menjadikan mereka benda hidup. Menurut kaum
Vitalis hanya dari sudut fisik dan kimia tidak bisa menjelaskan fungsi hidup.
Pada fungsinya yang sederhana bisa berupa
suatu cairan atau suatu roh. Yang lebih canggih muncul dalam bentuk roh vital
menjadi substansi yang memasuki tubuh atau ada pembedaan khas di antara makhluk
hidup. Prinsip ini juga bisa merujuk pada Chi/ki, prana. Ki, orgone dari
Wilhelm Reich, Animal magnetisme dari Mesmer. Atau Elan vital dalam filsafat
Bergson. Penjelasan aristoteles mengenai fenomena biologis seringkali
dipikirkan sebagai vitalistik, walau masih problematik. Galen seorang anatomis
berpendapat spirit vital diperlukan dalam hidup.
Nicolas Lemery (1645-1715) seorang kimiawan
prancis pada tahun 1675 membedakan klasifikasi hewan, tumbuhan dan mineral.
Antoine Laurent Lavoisier (1743-1794) menjadikan satu klasifikasi hewan dan
tumbuhan. Tapi masih memakai klasifikasi original.
Awal abad ke-16 dipercaya ada perbedaan
antara pembentuk organis dan anorganis, sebuah substansi yang harus diketahui.
Johan Jakob Berzelius (1779-1848) tahun 1815 menyatakan organis berbeda dari
anorganis, susunan organis terbuat dari pengaruh elan vital sehingga tidak
mampu dibuat secara artificial. Pembedaan ini berkhir 1812 ketika kimiawan
Friedrich Wohler (1800-1882) menisintesiskan campuran organik urea dari
inorganik murni ammonium cyanate.
Dalam istilah filsafat daya hidup yang ada
mungkin ada dalam bentuk entelechies di dalam benda hidup yang menjadi sebab
pertumbuhan dan perkembangan (Seperti menurut Hans Driesch) atau seperti daya
hidup umum seperti elan vital dalam pemikiran Henri Bergson, yang
menolak vitalisme yang mempostulasikan entelechies individual.
Contoh
aliran vitalisme :
Orang-orang yang mempercayai doktrin
vitalisme ini adalah orang-orang yang mempercayai adanya prana (dalam tradisi
India atau therapeutic touch) atau chi beserta chi kung (dalam
tradisi Cina) atau reiki (dalam tradisi Jepang). Orang-orang yang
mempercayai adanya kekuatan atau energi tertentu dalam setiap tubuh makhluk
hidup beranggapan bahwa kehidupan dimulai atau diawali dari kombinasi zat yang
sangat kompleks. Dengan demikian, doktrin vitalisme ini bertolak belakang
dengan doktrin materialisme mekanistik yang mengatakan bahwa alam semesta
(jagat raya) ini hanya berawal dan terdiri dari satu zat, yakni zat fisikal,
empiris, atau materi. Artinya, jagat raya ini hanya berawal dan terdiri dari
zat yang dapat dilihat dan dirasakan secara fisik, melalui indera manusia. Nama
lain dari doktrin materialisme mekanistik adalah fisikalisme. Dengan demikian,
doktrin fisikalisme menolak berbagai hal yang berkaitan dengan paranormal dan
supranatural. Doktrin fisikalisme tidak mempercayai adanya zat-zat atau
kekuatan atau energi atau makhluk halus yang tidak memiliki wujud fisik.
Doktrin ini menentang adanya dunia roh atau spiritualisme.
4.
Paham
Idealisme
Idealisme atau dalam bahasa Inggris disebut
Idealism, yang kadang juga disamakan dengan mentalisme atau imaterialisme.
Istilah ini pertama kali digunakan secara filosofis oleh Leibniz pada mula awal
abad ke- 18. Leibniz memakai dan menerapkan istilah ini pada pemikiran Plato,
secara bertolak belakang dengan materialisme Epikuros. Idealisme ini merupakan
kunci masuk ke hakikat realitas.
Pandangan beberapa filsuf mengenai Idealisme. Idealisme adalah ilmu filsafat yg
menganggap pikiran atau cita-cita sbg satu-satunya hal yg benar yg dapat
dicamkan dan dipahami
Dari perkembangan pemikiran idealisme dapat
disimpulkan pengertian idealisme, yaitu : Adanya suatu teori bahwa alam semesta
beserta isinya adalah suatu penjelmaan pikiran. Untuk menyatakan eksistensi
realitas, tergantung pada suatu pikiran dan aktivitas-aktivitas pikiran. Realitas
dijelaskan berkenaan dengan gejala-gejala psikis seperti pikiran-pikiran, diri,
roh, ide-ide, pikiran mutlak, dan lain sebagainya dan bukan berkenaan dengan
materi. Seluruh realitas sangat bersifat mental (spiritual, psikis). Materi
dalam bentuk fisik tidak ada. Hanya ada aktivitas berjenis pikiran dan isi
pikiran yang ada. dunia eksternal tidak bersifat fisik
5.
Paham
Eksistensialisme
Pengertian Eksistensialisme Eksistensialisme
merupakan aliran filsafat yang memiliki misi mengangkat derajat kemanusiaan dan
menegaskan kapasitas manusia yang berpusat pada individu karena manusia
memiliki akal, kebebasan, kehendak dan alternatif sehingga tidak membutuhkan
Sang Pengarah. Konsep ini tergolong dalam sederet orientasi pemikiran yang
sangat kontras dan tidak punya pijakan filosofis yang jelas. Karena
ketidak-jelasan dan kegalauan tersebut, makanya paham ekstensialisme tidak
mendapatkan tempat dalam deretan tatanan teologi dan pemikiran.
6.
Paham
Marxisme
Marxisme adalah sebuah paham yang
mengikuti pandangan-pandangan dari Karl Marx. Marx
menyusun sebuah teori besar yang berkaitan dengan sistem ekonomi,
sistem sosial,
dan sistem politik.
Pengikut teori ini disebut sebagai Marxis. Marxisme mencakup materialisme dialektis
dan materialisme historis serta penerapannya pada kehidupan sosial.
Marxisme merupakan dasar teori komunisme modern. Teori
ini tertuang dalam buku Manisfesto Komunis yang
dibuat oleh Marx dan Friedrich Engels.
Marxisme merupakan bentuk protes Marx terhadap paham kapitalisme. Ia
menganggap bahwa kaum kapital mengumpulkan uang dengan mengorbankan kaum
proletar. Kondisi kaum proletar sangat menyedihkan karena dipaksa bekerja
berjam-jam dengan upah minimum, sementara hasil pekerjaan mereka hanya
dinikmati oleh kaum kapitalis. Banyak kaum proletar yang harus hidup di
daerah pinggiran dan kumuh. Marx berpendapat bahwa masalah ini timbul
karena adanya "kepemilikan pribadi" dan penguasaan kekayaan yang
didominasi orang-orang kaya. Untuk menyejahterakan kaum proletar, Marx
berpendapat bahwa paham kapitalisme diganti dengan pahamkomunisme. Bila
kondisi ini terus dibiarkan, menurut Marx, kaum proletar akan memberontak dan
menuntut keadilan. Inilah dasar dari marxisme.
7.
Paham
Komunis
Paham Komunisme adalah sebuah ideologi.
Penganut faham ini berasal dari Manifest der Kommunistischen yang ditulis oleh
Karl Marx dan Friedrich Engels, sebuah manifes politik yang pertama kali
diterbitkan pada 21 Februari 1848 teori mengenai komunis sebuah analisis
pendekatan kepada perjuangan kelas (sejarah dan masa kini) dan ekonomi
kesejahteraan yang kemudian pernah menjadi salah satu gerakan yang paling
berpengaruh dalam dunia politik.
Paham
komunisme adalah paham yang merupakan sebagai bentuk reaksi atas perkembangan
masyarakat kapitalis yang merupakan produk masyarakat liberal. Berkembangnya
paham individualisme liberalisme di barat berakibat munculnya masyarakat
kapitalis menurut paham komunisme, mengakibatkan penderitaan rakyat. Komunsime
muncul sebenarnya sebagai reaksi penindasan rakyat kecil oleh kalangan
kapitalis yang didukung oleh pemerintah. Berolak belakang dengan individualism
kapitalisme, paham komunisme yang dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang
bahwa hakikat kebabasan dan hak individu itu tidak ada. Paham komunisme
dalam memandang hakikat hubungan Negara dengan agama meletakkan pada pandangan
filosofisnya yaitu materialisme diakletis dan materialisme historis. Hakikat
kenyataan tertinggi menurut komunsime adalah materi.
8.
Paham
Eudaemonismeberhubu
Aristoteles (384-322), dalam bukunya yang
berjudul “Nicomachean Ethics,” mencetuskan apa yang disebut sebagai etika
“eudaemonisme” rasional (dari Yunani “eudaemon” yang berarti bahagia) Cetusan
etika “eudaemonisme” Aristotelian tampak dalam pembukaan buku “Nicomachean
ethics.” Dalam pembukaan buku tersebut, Aristoteles mengatakan bahwa segala
aktivitas hidup manusia terarah kepada kebaikan. Kebaikan yang dikejar itulah
yang disebut kebahagiaan. Kebahagiaan merupakan cetusan yang paling sempurna,
ideal dan rasional dari aktivitas tindakan manusia. Namun, apa yang disebut
sebagai kebahagiaan menurut Aristoteles, bukanlah sesuatu yang sudah selesai,
rampung dan tuntas. Kebahagiaan harus disamakan dengan aktivitas, yaitu
aktivitas mencari kebahagiaan. Dengan demikian, etika “eudaemonisme”
Aristotelian adalah etika yang berhubungan dengan rasionalitas manusia. ngan
dengan rasionalitas manusia.
Prinsip pokok faham ini adalah kebahagiaan
bagi diri sendiri dan kebahagiaan bagi orang lain. Menurut Aristoteles, untuk
mencapai eudaemonia ini diperlukan 4 hal yaitu: (1) kesehatan, kebebasan,
kemerdekaan, kekayaan dan kekuasaan, (2) kemauan, (3) perbuatan baik, dan (4)
pengetahuan batiniah.
9.
Aliran
Pragmatisme
Pragmatisme berasal dari bahasa yunani pragma
berarti perbuatan (action) atau tindakan (practise). Isme berarti ajaran,
aliran, paham. Dengan demikian, pragmatisme berarti ajaran/aliran/paham yang
menekankan bahwa pemikiran itu mengikuti tindakan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pragmatisme berarti kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu
ajaran (paham/doktrin/gagasan/pernyataan/dsb) bergantung pada penerapannya bagi
kepentingan manusia. Sedangkan pragmatis berarti bersifat praktis dan berguna
bagi umum, bersifat mengutamakan segi kepraktisan dan kegunaan (kemanfaatan),
mengenai/bersangkutan dengan nilai-nilai praktis. Karena itu, pragmatisme memandang
bahwa kriteria kebenaran ajaran adalah faedah atau manfaat. Suatu teori atau
hipotesis dianggap oleh pragmatisme benar jika membawa suatu hasil. Dengan kata
lain, suatu teori itu benar jika berfungsi. Jadi, pragmatisme dapat
dikategorikan ke dalam pembahasan mengenai teori kebenaran.
10. Aliran Positivisme
Positivisme secara etimologi berasal dari
kata positive, yang dalam bahasa filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang
benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realita. Ini berarti, apa
yang disebut sebagai positif bertentangan dengan apa yang hanya ada di dalam
angan-angan (impian), atau terdiri dari apa yang hanya merupakan konstruksi
atas kreasi kemampuan untuk berpikir dari akal manusia. Dapat disimpulkan
pengertian positivisme secara terminologis berarti merupakan suatu paham yang
dalam ‘pencapaian kebenaran’-nya bersumber dan berpangkal pada kejadian yang
benar-benar terjadi. Segala hal diluar itu, sama sekali tidak dikaji dalam
positivisme.
11. Aliran Naturalisme
Naturalisme merupakan paham yang menganggap
dunia empiris ini merupakan keseluruhan realita. Adanya alam tidak membutuhkan
adanya bantuan dari luar. Semua kejadian di alam, tidak membutuhkan berada
dalam satu siklus yang terus berjalan, hal inilah yang lebih mirip dengan
pengertian deisme. Sehingga naturalisme ini tidak membutuhkan kehadiran pihak
lain untuk memahami alam.
Secara umum istilah ini memuat pengertian
dasar sebagai sikap pandang atau tindakan yang timbul didasarkan kepada hasrat
dan naluri alamiah. Yakni, suatu sikap pandang atau tindakan yang
mengikat diri dengan setia kepada hal-hal yang bersifat natural maupun yang
realistik. Istilah naturalisme dalam pengertian ini lebih banyak terkait
dengan situasi ruhani pada abad pencerahan atau abad ke-19, dimana
penemuan-penemuan dibidang ilmu pengetahuan alam telah menyadarkan manusia akan
arti pentingnya eksistensi alam semesta.
SUMBER :